Monday, May 24, 2010

CERITA2 TELADAN EXTRA 1

Ibnu 'Umar pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Diantara umat terdahulu sebelum kalian, ada tiga orang yang pergi meninggalkan rumah. Di perjalanan, mereka diguyur hujan yang sangat lebat dan terpaksa mereka harus mampir di sebuah gua. Tiba-tiba, sebuah batu yang sangat besar bergulir dari atas gua dan tepat jatuh di mulut gua tempat mereka berteduh, mereka pun terjebak dalam gua yang gelap gulita. Salah satu dari mereka berkata, "kita tidak akan bisa keluar dari gua ini, karena batu ini terlalu sangat besar dan kita tak mungkin untuk mendorongnya, untuk itu marilah kita berdo'a kepada Allah SWT dengan mengingat amal yang paling istimewa dan ikhlas yang pernah kita kerjakan selama hidup kita. Lalu, salah seorang di antara mereka berdo'a, 'Ya Allah, aku dulu masih punya kedua orangtua yang sudah berusia lanjut. Aku tidak pernah memberikan susu (pada sore hari) kepada orang lain (anak dan istri) sebelum mereka merasa puas. Namun, pada suatu kali jalanku terhalang oleh pohon yang tumbang, dan aku pulang terlambat. Ketika itu, aku dapati kedua orangtuaku sudah tertidur. Aku kemudian memerahkan susu untuk mereka. Aku lihat keduanya sudah tidur pulas. Aku tidak memberikan kepada siapun sebelum keduanya minum, aku tetap duduk menunggu mereka dan bejana (berisi susu) tetap aku pegang sampai mereka bangun, hingga fajar menyingsing -dalam riwayat- sedang anak-anakku sudah menangis kelaparan, mereka duduk di kakiku. Akhirnya, ketika mereka berdua telah bangun, mereka pun meminumnya. Ya Allah, ketika itu aku melakukan hal demikian karena mengharap keridhaan-Mu, maka tolong geserkan batu besar ini dari kami. 'Kemudian, batu besar itu pun bergeran dan mulut gua terbuka sedikit. Namun, mereka tetap belum bisa keluar. Orang kedua berdo'a, 'Ya Allah, pamanku mempunyai seorang putri yang cantik dan sangat aku idamkan. Aku sangat mencintainya, tetapi dia menolakku. Satu satu sudah berlalu, kemudian dia datang kepadaku (untuk memïnta bantuan) Aku memberinya seratus dua puluh Dinar dengan syarat agar dia menyerahkan dirinya kepadaku. Akhirnya dia pun setuju hingga aku sudah diantara kedua pahanya, dia lantas berkata, "Aku tidak halal kamu gauli kecuali dengan jalan yang benar. Karena perkataanya itu, aku kaget dan tidak jadi melakukan hal yang terlarang itu, aku pun pergi meninggalkan dia dan uang tersebut tetap kuberikan kepadanya. Ya Allah, jika aku melakukan hal itu (lari dari berbuat keji) adalah karena mengharap keridhaan-Mu, maka geserkan batu besar ini dari kami. Lalu, batu besar itu bergeser, tetapi belu cukup untuk bisa keluar dari gua. Orang yang ketiga berdo'a, 'Ya Allah sesunggunya aku banyak mempekerjakan karyawan, dan gaji mereka selalu aku bayar. Namun, ada seorang karyawan yang tidak mengambil upahnya. Dia pergi entah kemana. Lalu, gajinya itu aku manfaatkan sehingga menjadi harta yang melimpah ruah. Setelah sekian lama, dia datang kepadaku dan berkata, "Tuan, bayarlah upahku yang belum anda berikan pada sekian tahun yang lalu, Aku berkata, "Semua unta, sapi, kambing, dan hamba sahaya yang kamu lihat ini adalah upah dan gajimu. 'Tuan jangan bergurau, balasnya tak percaya, lalu meyakinkannya. 'Akhirnya, dia mengambil semua harta itu. Ya Allah, jika aku melakukan hal itu adalah karena mengharap keridhan-Mu, maka tolonglah geserkan batu besar ini dari mulut gua yang kami terkurung didalamnya. 'Lalu, batu besar itu pun bergeser. Akhirnya, mereka bisa keluar dengan selamat dan melanjutkan perjalanan.(HR.Bukhari - Muslim)


Abu Sa'id al-Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Ada seseorang dari umat terdahulu yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Dia kemudian bertanya tentang manusia yang paling berilmu di muka bumi. Setelah bertanya, dia dianjurkan untuk pergi kepada seorang rahib. Lalu, dia berangkat menuju kediaman sang rahib. Setibanya di sana, dia bertanya, 'Saya telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, apakah masih ada jalan bagi saya untuk taubat? 'Tidak, 'jawab sang rahib. Tanpa banyak komentar, dia pun langsung membunuh rahib itu. Sekarang, genaplah orang yang mati di tangannya menjadi seratus orang. Kemudian, dia masih bertanya dan mencari orang yang paling berilmu di permukaan bumi ini. Kepadanya, disampaikan bahwa ada seorang 'alim di suatu tempat. Kepada orang 'alim ini, dia mengatakan bahwa dirinya sudah membunuh seratus orang, apakah pintu taubat masih terbuka baginya? Orang 'alim itu menjawab, 'Ya, masih ada kesempatan. Siapa yang dapat menghalangi seseorang untuk bertaubat. Kemudian, orang 'alim itu menganjurkan dia (pembunuh) untuk pergi ke sebuah negeri, dimana di sana banyak terdapat orang-orang yang rajin beribadah kepada Allah. Orang 'alim itu menganjurkan agar dia beribadah bersama mereka dan jangan pernah kembali ke negeri asalnya. Si pembunuh ini pun berangkat. Namun, di pertengahan jalan maut datang menjemputnya. Ketika itu, Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab berebut. Malaikat Rahmat berkata, "Dia pergi menuju negeri lain dalam keadaan sudah bertaubat dan hati yang bersih kepada Allah swt." 'Sementara Malaikat Azab pun berkata, "Dia belum melakukan kebaikan sedikitpun." Kemudian datanglah Malaikat yang lain sebagai hakim diantara keduanya. Malaikat itu berkata kepada keduanya, 'Ukurlah jarak antara dua negeri ini (negeri pembunuh dan negeri tujuan) Ke negeri mana pun dia lebih dekat, berarti dia akan menjadi miliknya. 'Ternyata, dia (pembunuh) lebih dekat ke negeri tujuannya, yakni negeri orang-orang yang taat dan rajin ibadah kepada Allah, maka dia pun (ruh) dibawa oleh Malaikat Rahmat." (HR. al-Bukhari-Muslim)

1 comment: