Saturday, September 11, 2010

SIRAH RASULLULLAH SAW

Sejarah Hidup Muhammad

oleh Muhammad Husain Haekal







PRAKATA (1/6)

Lingkungan kekuasaan Islam yang pertama -xli; Islam dan
Nasrani - xliii; Kaum Muslimin dan Isa - xliii;
Orang-orang Kristen yang fanatik dan Muhammad - xlv;
Dasar-dasar yang sederhana dalam kedua agama - xlv;
Perbedaan Tauhid dan Trinitas -xlvii; Kaum Nasrani
mengajak Nabi berdebat - xlviii; Masalah penyaliban
Almasih - li; Rumawi dan kaum Muslimin - lii;
Penulis-penulis Kristen dan Muhammad - lii; Sebab
permusuhan Islam-Kristen - lv; Kristen tidak sesuai
dengan watak Barat - lvi; Penjajahan dan propaganda
anti Islam - lviii; Islam dan apa yang terjadi dengan
umat Islam -lviii; Sikap jumud di kalangan pemuda -
lix; Ilmu dan literatur Barat - lx; Usaha-usaha
modernisasi dunia Islam - lxi; Misi penginjil dan
golongan yang berpikiran beku - lxii; Terpikir akan
menulis buku ini - lxiii; Qur'an sumber yang paling
otentik - lxiii; Konsultasi yang tepat - lxiv; Dalam
batas-batas biografi, tidak lebih - lxvi; Penyelidikan
berguna bagi seluruh umat manusia - lxviii.

MUHAMMAD, 'alaihi'sh-shalatu wassalam.

Dengan nama yang begitu mulia, jutaan bibir setiap hari
mengucapkannya, jutaan jantung setiap saat berdenyut,
berulang kali. Bibir dan jantung yang bergerak dan berdenyut
sejak seribu tiga ratus limapuluh tahun. Dengan nama yang
begitu mulia, berjuta bibir akan terus mengucapkan, berjuta
jantung akan terus berdenyut, sampai akhir zaman

Pada setiap hari di kala fajar menyingsing,
lingkaran-lingkaran putih di ufuk sana mulai nampak hendak
menghalau kegelapan malam, ketika itu seorang muazzin
bangkit, berseru kepada setiap makhluk insani, bahwa bangun
bersembahyang lebih baik daripada terus tidur. Ia mengajak
mereka bersujud kepada Allah, membaca selawat buat
Rasulullah.

Seruan ini disambut oleh ribuan, oleh jutaan umat manusia
dari segenap penjuru bumi, menyemarakkannya dengan salat
menyambut pahala dan rahmat Allah bersamaan dengan terbitnya
hari baru. Dan bila hari siang, mataharipun berangkat
pulang, kini muazzin bangkit menyerukan orang bersembahyang
lohor, lalu salat asar, magrib, isya. Pada setiap kali dalam
sembahyang ini mereka menyebut Muhammad, hamba Allah, Nabi
dan RasulNya itu, dengan penuh permohonan, penuh kerendahan
hati dan syahdu. Dan selama mereka dalam rangkaian
sembahyang lima waktu itu, bergetar jantung mereka menyebut
asma Allah dan menyebut nama Rasulullah. Begitulah mereka,
dan akan begitu mereka, setelah Allah memperlihatkan agama
yang sebenarnya ini dan melimpahkan nikmatNya kepada seluruh
umat manusia.

LINGKUNGAN KEKUASAAN ISLAM YANG PERTAMA

Tidak banyak waktu yang diperlukan Muhammad dalam
menyampaikan ajaran agama, dalam menyebarkan panjinya ke
penjuru dunia. Sebelum wafatnya, Allah telah menyempurnakan
agama ini bagi kaum Muslimin. Dalam pada itu iapun telah
meletakkan landasan penyebaran agama itu: dikirimnya misi
kepada Kisra1, kepada Heraklius dan kepada raja-raja dan
penguasa-penguasa lain supaya mereka sudi menerima Islam.
Tak sampai seratus limapuluh tahun sesudah itu, bendera
Islampun sudah berkibar sampai ke Andalusia di Eropa sebelah
barat, ke India, Turkestan, sampai ke Tiongkok di Asia
Timur, juga telah sampai ke Syam (meliputi Suria, Libanon,
Yordania dan Palestina sekarang), Irak, Persia dan
Afganistan, yang semuanya sudah menerima Islam. Selanjutnya
negeri-negeri Arab dan kerajaan Arab, sampai ke Mesir,
Cyrenaica, Tunisia, Aljazair, Marokko, -sekitar Eropa dan
Afrika- telah dicapai oleh misi Muhammad 'alaihissalam. Dan
sejak waktu itu sampai masa kita sekarang ini panji-panji
Islam tetap berkibar di semua daerah itu, kecuali Spanyol
yang kemudian diserang oleh Kristen dan penduduknya disiksa
dengan bermacam-macam cara kekerasan. Tidak tahan lagi
mereka hidup. Ada di antara mereka yang kembali ke Afrika,
ada pula yang karena takut dan ancaman, berbalik agama
berpindah dari agama asalnya kepada agama kaum tiran yang
menyiksanya.

Hanya saja apa yang telah diderita Islam di Andalusia
sebelah barat Eropa itu ada juga gantinya tatkala kaum
Usmani (Turki) memasukkan dan memperkuat agama Muhammad di
Konstantinopel. Dari sanalah ajaran Islam itu kemudian
menyebar ke Balkan, dan memercik pula sinarnya sampai ke
Rusia dan Polandia sehingga berkibarnya panji-panji Islam
itu berlipat ganda luasnya daripada yang di Spanyol.

Sejak dari semula Islam tersebar hingga masa kita sekarang
ini memang belum ada agama-agama lain yang dapat
mengalahkannya. Dan kalaupun ada di antara umat Islam yang
ditaklukkan, itu hanya karena adanya berbagai macam
kekerasan, kekejaman dan despotisma, yang sebenarnya malah
menambah kekuatan iman mereka kepada Allah, kepada hukum
Islam, dengan memohonkan rahmat dan ampunan daripadaNya.

ISLAM DAN NASRANI

Kekuatan inilah yang telah menyebabkan Islam itu tersebar,
telah dikonfrontasikan langsung dengan pihak Nasrani yang
menghadapinya dengan sikap permusuhan yang sengit sekali.
Muhammad telah berhasil melawan paganisma dan mengikisnya
dari negeri-negeri Arab, seperti juga yang kemudian
dilakukan oleh para penggantinya yang mula-mula, di Persia,
di Afganistan dan tidak sedikit pula di India.
Pengganti-pengganti Muhammad telah dapat juga mengalahkan
kaum Nasrani di Hira, di Yaman, Syam, Mesir dan sampai ke
pusat Nasrani sendiri di Konstantinopel.

Seperti halnya dengan paganisma, adakah juga terhadap agama
Nasrani akan senasib mengalami kelenyapan sebagai salah satu
agama Kitab yang juga dihormati oleh Muhammad dan yang juga
mendapat wahyu melalui Nabinya? Adakah orang-orang Arab itu,
Arab pedalaman yang datang merantau dari pelosok jazirah
padang pasir yang gersang, akan ditakdirkan juga menguasai
taman-taman Andalusia, Bizantium dan daerah-daerah Masehi
lainnya? Lebih baik mati daripada itu. Selama beberapa abad
terus-menerus antara pengikut-pengikut Isa dan
pengikut-pengikut Muhammad telah terjadi peperangan yang
terus-menerus. Dan peperangan itu tidak terbatas pada pedang
dan meriam saja, malah juga diteruskan sampai ke
bidang-bidang perdebatan dan pertentangan teologis yang
dibawa oleh pejuang-pejuang itu, masing-masing atas nama
Muhammad dan atas nama Isa, masing-masing mencari jalan
mempengaruhi umum dan beragitasi membangkitkan fanatisma dan
semangat rakyat jelata

KAUM MUSLIMIN DAN ISA

Akan tetapi Islam melarang kaum Muslimin merendahkan
kedudukan Isa - karena dia hamba Allah yang diberiNya kitab
dan dijadikanNya seorang nabi, dijadikanNya ia orang yang
beroleh berkah di mana pun ia berada, diperintahkanNya ia
melakukan sembahyang, mengeluarkan zakat selama ia masih
hidup, dijadikanNya ia orang yang berbakti kepada ibunya,
dan tidak pula dijadikan orang yang pongah dan celaka.
Bahagia ia tatkala dilahirkan, tatkala ia wafat dan tatkala
ia dibangkitkan hidup kembali.

ORANG-ORANG KRISTEN YANG FANATIK DAN MUHAMMAD

Sedang dari pihak kaum Masehi, banyak di antara mereka itu
yang menyindir-nyindir Muhammad dan menilainya dengan
sifat-sifat yang tidak mungkin dilakukan oleh kaum
terpelajar - untuk melampiaskan rasa kebencian yang ada
dalam hati mereka serta beragitasi membangkitkan emosi
orang. Meskipun ada dikatakan bahwa perang salib itu sudah
berakhir sejak ratusan tahun yang lalu, namun fanatisma
gereja Kristen terhadap Muhammad mencapai puncaknya sampai
pada waktu-waktu belakangan ini. Dan barangkali masih tetap
demikian kalau tidak akan dikatakan malah bertambah,
sekalipun dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, berselubung
misi dengan pelbagai macam cara. Hal ini tidak terbatas
hanya pada gereja saja bahkan sampai juga kepada
penulis-penulis dan ahli-ahli pikir Eropa dan Amerika, yang
dapat dikatakan tidak seberapa hubungannya dengan pihak
gereja.

Bisa jadi orang merasa heran bahwa fanatisma Kristen
terhadap Islam masih begitu keras pada suatu zaman yang
diduga adalah zaman cerah dan zaman ilmu pengetahuan, yang
berarti juga zaman toleransi dan kelapangan dada. Dan orang
akan lebih heran lagi apabila mengingat kaum Muslimin yang
mula-mula, betapa mereka merasa gembira melihat kemenangan
kaum Kristen begitu besar terhadap kaum Majusi (Mazdaisma),
melihat kemenangan pasukan Heraklius merebut panji-panji
Persia dan dapat melumpuhkan tentara Kisra. Masa itu Persia
adalah yang memegang tampuk pimpinan di seluruh jazirah Arab
bagian selatan, sesudah Kisra dapat mengusir Abisinia dari
Yaman. Kemudian Kisra mengerahkan pasukannya - pada tahun
614 - di bawah salah seorang panglimanya yang bernama
Syahravaraz2 untuk menyerbu Rumawi, dan dapat mengalahkannya
ketika berhadap-hadapan di Adhri'at3 dan di Bushra4, tidak
jauh dari Syam ke negeri Arab. Mereka banyak yang terbunuh,
kota-kota mereka dihancurkan, kebun-kebun zaitun dirusak.

Pada waktu itu Arab - terutama penduduk Mekah - mengikuti
berita-berita perang itu dengan penuh perhatian. Kedua
kekuatan yang sedang bertarung itu merupakan peristiwa
terbesar yang pernah dikenal dunia pada masa itu.
Negeri-negeri Arab ketika itu menjadi tetangga-tetangganya.
Sebahagian berada di bawah kekuasaan Persia, dan sebahagian
lagi berbatasan dengan Rumawi. Orang-orang kafir Mekah
bergembira sekali melihat kekalahan kaum Kristen itu; sebab
mereka juga Ahli Kitab seperti kaum Muslimin. Mereka
berusaha mengaitkan tercemarnya kekalahan Kristen itu dengan
agama kaum Muslimin.

Sebaliknya pihak Muslimin merasa sedih sekali karena pihak
Rumawi juga Ahli Kitab seperti mereka. Muhammad dan
sahabat-sahabatnya tidak mengharapkan kemenangan pihak
Majusi dalam melawan Kristen. Perselisihan kaum Muslimin dan
kaum kafir Mekah ini sampai menimbulkan sikap saling
berbantah dari kedua belah pihak. Kaum kafirnya mengejek
kaum Muslimin, sampai ada di antara mereka itu yang
menyatakan kegembiraannya di depan Abu Bakrf dan Abu Bakrpun
sampai marah dengan mengatakan: Jangan lekas-lekas gembira;
pihak Rumawi akan mengadakan pembalasan.

Abu Bakr adalah orang yang terkenal tenang dan lembut hati.
Mendengar jawaban itu pihak kafir membalasnya dengan ejekan
pula: Engkau pembohong. Abu Bakr marah: Engkaulah musuh
Tuhan yang pembohong! Hal ini disertai dengan taruhan
sepuluh ekor unta bahwa pihak Rumawi akan mengalahkan kaum
Majusi dalam waktu setahun. Muhammad mengetahui adanya
peristiwa taruhan ini, lalu dinasehatinya Abu Bakr, supaya
taruhan itu ditambah dan waktunyapun diperpanjang. Abu Bakr
memperbanyak jumlah taruhannya sampai seratus ekor unta
dengan ketentuan, bahwa Persia akan dapat dikalahkan dalam
waktu kurang dari sembilan tahun.

Dalam tahun 625 ternyata Heraklius menang melawan pihak
Persia. Syam direbutnya kembali dan Salib Besar dapat
diambil lagi. Dalam taruhan ini Abu Bakrpun menang. Sebagai
nubuat atas kemenagan ini firman Tuhan turun seperti dalam
awal Surah ar-Rum: "Alif- Lam. Mim. Kerajaan Rumawi telah
dikalahkan. Di negeri terdekat. Dan mereka, sesudah
kekalahan itu, akan mendapat kemenangan. Dalam beberapa
tahun saja. Di tangan Tuhan keputusan itu. Pada masa lampau,
dan masa akan datang. Pada hari itu orang-orang beriman akan
bergembira. Dengan pertolongan Allah; Ia menolong siapa yang
dikehendakiNya. Maha Mulia Ia dalam Kekuasaan dan Maha
Penyayang. Demikian janji Allah. Allah takkan menyalahi
janjiNya. Tetapi kebanyakan orang tidak mengerti." (QS,
30:1-6)

Besar sekali kegembiraan kaum Muslimin atas kemenangan
Heraklius dan kaum Nasrani itu. Hubungan persaudaraan antara
mereka yang menjadi pengikut Muhammad dan mereka yang
percaya kepada Isa, selama hidup Nabi, besar sekali,
meskipun antara keduanya sering terjadi perdebatan. Tetapi
tidak demikian halnya kaum Muslimin dengan pihak Yahudi,
yang pada mulanya bersikap damai, lambat-laun telah menjadi
permusuhan yang berlarut-larut, yang sampai meninggalkan
bekas berdarah dan membawa akibat keluarnya orang-orang
Yahudi dari seluruh jazirah Arab. Kebenaran atas kejadian
ini ialah firman Tuhan: "Pasti akan kaudapati orang-orang
yang paling keras memusuhi mereka yang beriman ialah
orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik; dan pasti akan
kaudapati orang-orang yang paling akrab bersahabat dengan
mereka yang beriman ialah mereka yang berkata: 'Kami ini
orang-orang Nasrani.' Sebab, di antara mereka terdapat kaum
pendeta dan rahib-rahib, dan mereka itu tidak menyombongkan
diri." (QS, 5:82)

(bersambung ke bagian 2)


PEMBELA-PEMBELA ORIENTALIS
 
Yang  mula-mula  saya  terima sebagai sanggahan ialah adanya
sebuah karangan yang disampaikan kepada  saya  oleh  seorang
penulis  bangsa  Mesir  yang  menyebutkan,  bahwa itu adalah
sebuah   terjemahan   bahasa   Arab   dari   artikel    yang
dikirimkannya ke sebuah majalah Orientalis berbahasa Jerman,
sebagai kritik atas buku ini. Artikel ini tidak saya siarkan
dalam  surat-surat kabar berbahasa Arab, karena isinya hanya
berupa kecaman-kecaman yang tidak berdasar. Oleh karena  itu
terserah  kepada  penulisnya jika mau menyiarkannya sendiri.
Saya rasa nama orang itupun  tidak  perlu  disebutkan  dalam
pengantar ini dengan keyakinan bahwa dia sudah akan mengenal
identitasnya sendiri sesudah membaca sanggahannya itu dimuat
di  sini.  Artikel  itu  ringkasnya ialah bahwa penyelidikan
yang saya lakukan tentang  peri  hidup  Muhammad  ini  bukan
suatu  penyelidikan  ilmiah  dalam  arti  modern, sebab saya
hanya berpegang pada sumber berbahasa Arab saja, tidak  pada
penyelidikan-penyelidikan  kaum  Orientalis  sebangsa  Weil,
Goldziher, Noldeke dan yang lain; bukan mengambil dari hasil
penyelidikan  mereka,  dan  karena  saya  menganggap  Qur'an
sebagai dokumentasi  sejarah  yang  sudah  tidak  diragukan,
padahal  studi  Orientalis-orientalis  itu menunjukkan bahwa
Qur'an sudah diubah dan diganti-ganti setelah Nabi wafat dan
pada  permulaan sejarah Islam, dan bahwa nama Nabipun pernah
diganti. Semula bernama "Qutham" atau "Quthama." Sesudah itu
kemudian diganti menjadi "Muhammad" untuk disesuaikan dengan
bunyi ayat, "Dan membawa berita gembira  kedatangan  seorang
rasul   sesudahku,  namanya  Ahmad,"  sebagai  isyarat  yang
terdapat dalam Injil tentang nabi yang akan  datang  sesudah
Isa.  Dalam  keterangannya  penulis  itu  menambahkan  bahwa
penyelidikan kaum Orientalis  itu  juga  menunjukkan,  bahwa
Nabi  menderita  penyakit  ayan,  dan apa yang disebut wahyu
yang diturunkan  kepadanya  itu  tidak  lain  adalah  akibat
gangguan  ayan  yang  menyerangnya;  dan bahwa gejala-gejala
penyakit ayan itu terlihat pada Muhammad ketika sedang tidak
sadarkan  diri,  keringatnya  mengalir  disertai kekejangan,
dari mulutnya keluar  busa.  Bila  sudah  kembali  ia  sadar
dikatakannya  bahwa  yang diterimanya itu adalah wahyu, lalu
dibacakan kepada mereka yang percaya pada  apa  yang  diduga
wahyu dari Tuhan itu.
 
Sebenarnya saya tidak perlu menghiraukan karangan semacam ini
atau pada sanggahannya kalau  tidak  karena  penulisnya  itu
seorang  Mesir  dan  Muslim  pula.  Andaikata penulisnya itu
seorang Orientalis atau misi penginjil,  akan  saya  biarkan
saja  ia  bicara menurut kehendak nafsunya sendiri. Apa yang
sudah saya sebutkan pada kata pengantar dan dalam teks  buku
ini  sudah  cukup  sebagai  argumen  yang  akan menggugurkan
pendapat mereka itu. Bagaimanapun  juga  penulis  surat  ini
adalah   sebuah   contoh  dari  sebagian  pemuda-pemuda  dan
orang-orang Islam yang begitu saja menyambut baik segala apa
yang  dikatakan  pihak  Orientalis dan menganggapnya sebagai
hasil yang benar-benar  ilmiah,  dan  berdasarkan  kebenaran
sepenuhnya.  Kepada mereka itulah tulisan ini saya alamatkan
sekadar mengingatkan tentang  adanya  kesalahan  yang  telah
dilakukan  oleh  kaum  Orientalis.  Ada pula kaum Orientalis
yang  memang  jujur  dalam  penyelidikan  mereka,   meskipun
tentunya tidak lepas dari kesalahan juga.

SEBAB-SEBAB KESALAHAN ORIENTALIS
 
Kesalahan-kesalahan     demikian    itu    terselip    dalam
penyelidikannya  kadang  disebabkan  oleh  kurang  telitinya
memahami  liku-liku  bahasa  Arab, kadang juga karena adanya
maksud yang tersembunyi dalam jiwa sebagian  sarjana-sarjana
itu,  yang  tujuannya hendak menghancurkan sendi-sendi salah
satu   agama,   atau   semua   agama.   Ini   adalah   sikap
berlebih-lebihan   yang  selayaknya  dihindarkan  saja  oleh
kalangan cendekiawan.  Kita  melihat  ada  juga  orang-orang
Kristen  yang  begitu  terdorong oleh sikap berlebih-lebihan
ini sampai mereka mengingkari bahwa  Isa  pernah  ada  dalam
sejarah.
 
Yang lain kita lihat bahkan sudah melampaui batas-batas yang
berlebih-lebihan itu dengan menulis tentang Isa  yang  sudah
gila misalnya.
 
Timbulnya  pertentangan antara gereja dengan negara di Eropa
itu telah pula menyebabkan kalangan sarjana  di  satu  pihak
dan   kaum   agama  di  pihak  lain  hendak  saling  mencari
kemenangan dalam merebut kekuasaan.
 
Sebaliknya   Islam,   sama   sekali   bersih   dari   adanya
pertentangan  serupa  itu.  Hendaknya mereka yang mengadakan
penyelidikan di kalangan Islam dapat menghindarkan diri dari
kekuasaan  nafsu demikian ini, yang sebenarnya telah menimpa
orang-orang   Barat,   dan   sering   menodai   penyelidikan
sarjana-sarjana itu. Juga hendaknya mereka berhati-hati bila
mempelajari hasil yang datang dari Barat,  yang  berhubungan
dengan  masalah-masalah  agama.  Segala  sesuatu  yang telah
dilukiskan  oleh  para  sarjana  sebagai  suatu   kebenaran,
hendaklah  diteliti  lebih seksama. Banyak di antaranya yang
sudah terpengaruh begitu jauh,  sehingga  telah  menimbulkan
permusuhan  antara  orang-orang  agama  dengan kalangan ilmu
pengetahuan secara terus-menerus selama berabad-abad.

BUKU BIOGRAFI PENULIS-PENULIS ISLAM SEBAGAI PEGANGAN
 
Apa yang disebutkan dalam karangan si Muslim berbangsa Mesir
yang  saya  ringkaskan  itu  sudah  suatu bukti perlunya ada
sikap berhati-hati. Pertama-tama ia menyalahkan saya  karena
saya  masih  berpegang pada sumber-sumber Arab sebagai dasar
penyelidikan  saya;  dan  ini  memang  tidak  saya   bantah.
Sungguhpun begitu buku-buku kalangan Orientalis seperti yang
saya sebutkan  dalam  bibliografi,  juga  saya  pakai.  Akan
tetapi,  sumber-sumber  bahasa  Arab  selalu saya pergunakan
sebagai   dasar   pertama   dalam   pembahasan   ini.    Dan
sumber-sumber  bahasa  Arab ini jugalah yang dipakai sebagai
dasar   pertama   dalam    penyelidikan-penyelidikan    kaum
Orientalis itu semua.
 
Ini  wajar  sekali. Sumber-sumber tersebut - terutama sekali
Qur'an - adalah yang pertama sekali bicara  tentang  sejarah
hidup  Nabi.  Sudah  tentu itu jugalah yang menjadi pegangan
dan dasar bagi setiap  orang  yang  ingin  menulis  biografi
dengan  gaya  dan  metoda sekarang. Baik Noldeke, Goldziher,
Weil, Sprenger, Muir atau Orientalis  lain  semua  berpegang
pada  sumber-sumber  itu  juga  dalam  penyelidikan  mereka,
seperti yang saya lakukan ini. Dalam membuat pengamatan  dan
kritik, mereka menempuh cara yang bebas, demikian juga saya.
Dalam hal ini juga saya tidak  mengabaikan  beberapa  sumber
buku  Kristen  yang  lama-lama yang menjadi pegangan mereka,
sekalipun  mereka  masih  terdorong  oleh  fanatisma   agama
Kristen, dan samasekali bukan oleh kritik ilmiah.
 
Kalau  ada  orang  yang  menyalahkan  saya karena saya tidak
terikat  oleh  kesimpulan-kesimpulan   yang   dicapai   oleh
beberapa  kaum  Orientalis itu, atau karena saya sampai hati
tidak sependapat dengan mereka dan  malah  melakukan  kritik
terhadap  mereka, maka dalam bidang ilmiah yang demikian itu
adalah suatu pendirian yang beku sekali, yang  tidak  kurang
pula  beku  dan  kolotnya  dari  pendirian yang bagaimanapun
dalam bidang intelektual ataupun  rohani.  Saya  rasa  tidak
seorangpun  dari  kalangan  Orientalis itu sendiri yang akan
menyetujui sikap beku  demikian  itu  dalam  bidang  ilmiah.
Andaikata  ada di antara mereka yang dapat membenarkan sikap
demikian, tentu ia akan  membenarkan  juga  sikap  beku  itu
dalam bidang agama.
 
Tidak  saya inginkan dua hal ini terjadi, baik terhadap diri
saya  atau  terhadap  siapapun  yang   mau   bekerja   dalam
penyelidikan  sejarah atas dasar ilmiah yang sebenarnya. Apa
yang saya lakukan  dan  saya  ajak  orang  lain  akan  dapat
melakukannya   ialah   mengamati   hasil-hasil   studi  yang
dilakukan orang lain itu. Apabila ia sudah merasa puas  oleh
pembuktian  yang  meyakinkan,  maka  tentu  itulah yang kita
harapkan. Kalau tidak, lakukan sendirilah  supaya  ia  dapat
mencapai  kebenaran  itu  dengan  keyakinan  bahwa  ia sudah
berhasil.
 
Ke arah inilah saya ajak pemuda-pemuda kita dan  orang-orang
yang mengagumi hasil-hasil penyelidikan kaum Orientalis itu,
dan memang ini pula yang  saya  lakukan.  Saya  akan  merasa
sudah   mendapat   imbalan   sebagai  orang  yang  berhasil,
sekiranya pekerjaan ini memang sudah tepat; sebaliknya  saya
akan  dapat  dimaafkan  kiranya  sebagai  orang yang mencari
kebenaran dengan tujuan yang jujur dalam menempuh jalan itu,
jika ternyata saya salah.

ORIENTALIS DAN KETENTUAN-KETENTUAN AGAMA
 
Sebagai  bukti  atas  agitasi  beberapa kaum Orientalis yang
ingin   menghancurkan   ketentuan-ketentuan   agama   dengan
cara-cara  mereka yang berlebih-lebihan itu, ialah pendirian
si Muslim bangsa Mesir yang telah menulis karangan tersebut,
bahwa  hasil-hasil  studi  kaum  Orientalis itu menunjukkan,
bahwa Qur'an bukan suatu dokumen sejarah  yang  tidak  boleh
diragukan,  dan  bahwa Qur'an sudah diubah-ubah setelah Nabi
wafat dan pada masa permulaan sejarah Islam, yang dalam pada
itu    lalu    ditambah-tambah    dengan   ayat-ayat   untuk
maksud-maksud agama atau politik. Saya bukan mau  berdiskusi
atau  mau  berdebat  dengan  penulis  karangan itu dari segi
Islamnya dia sebagai Muslim - atas apa yang sudah ditentukan
oleh   Islam,  bahwa  Qur'an  itu  Kitabullah,  yang  takkan
dikaburkan oleh kepalsuan, baik pada  mula  diturunkan  atau
kemudian   sesudah  itu.  Dia  sependirian  dengan  golongan
Orientalis, bahwa Qur'an dikarang oleh Muhammad, padahal dia
percaya  juga,  bahwa  Kitab  itu  adalah wahyu Allah kepada
Muhammad seperti  pendapat  beberapa  kaum  Orientalis,  dan
karena  ingin  menguatkan  isi  karangannya  atas  apa  yang
disebutnya itu, dikatakannya bahwa Qur'an  menurut  pendapat
yang  sebagian  lagi adalah memang wahyu Allah. Jadi baiklah
saya berdialog dengan dia menurut bahasanya atas  dasar  dia
sebagai  orang  yang  berpikir bebas, yang tidak mau terikat
oleh apapun kecuali atas dasar yang  telah  dibuktikan  oleh
ilmu pengetahuan dengan cara yang benar-benar meyakinkan.
 
 
                                    (bersambung ke bagian 3
 
 
 
 

No comments:

Post a Comment