Sejarah Hidup Muhammad
oleh Muhammad Husain Haekal
PRAKATA (1/6)
Lingkungan kekuasaan Islam yang pertama -xli; Islam dan
Nasrani - xliii; Kaum Muslimin dan Isa - xliii;
Orang-orang Kristen yang fanatik dan Muhammad - xlv;
Dasar-dasar yang sederhana dalam kedua agama - xlv;
Perbedaan Tauhid dan Trinitas -xlvii; Kaum Nasrani
mengajak Nabi berdebat - xlviii; Masalah penyaliban
Almasih - li; Rumawi dan kaum Muslimin - lii;
Penulis-penulis Kristen dan Muhammad - lii; Sebab
permusuhan Islam-Kristen - lv; Kristen tidak sesuai
dengan watak Barat - lvi; Penjajahan dan propaganda
anti Islam - lviii; Islam dan apa yang terjadi dengan
umat Islam -lviii; Sikap jumud di kalangan pemuda -
lix; Ilmu dan literatur Barat - lx; Usaha-usaha
modernisasi dunia Islam - lxi; Misi penginjil dan
golongan yang berpikiran beku - lxii; Terpikir akan
menulis buku ini - lxiii; Qur'an sumber yang paling
otentik - lxiii; Konsultasi yang tepat - lxiv; Dalam
batas-batas biografi, tidak lebih - lxvi; Penyelidikan
berguna bagi seluruh umat manusia - lxviii.
MUHAMMAD, 'alaihi'sh-shalatu wassalam.
Dengan nama yang begitu mulia, jutaan bibir setiap hari
mengucapkannya, jutaan jantung setiap saat berdenyut,
berulang kali. Bibir dan jantung yang bergerak dan berdenyut
sejak seribu tiga ratus limapuluh tahun. Dengan nama yang
begitu mulia, berjuta bibir akan terus mengucapkan, berjuta
jantung akan terus berdenyut, sampai akhir zaman
Pada setiap hari di kala fajar menyingsing,
lingkaran-lingkaran putih di ufuk sana mulai nampak hendak
menghalau kegelapan malam, ketika itu seorang muazzin
bangkit, berseru kepada setiap makhluk insani, bahwa bangun
bersembahyang lebih baik daripada terus tidur. Ia mengajak
mereka bersujud kepada Allah, membaca selawat buat
Rasulullah.
Seruan ini disambut oleh ribuan, oleh jutaan umat manusia
dari segenap penjuru bumi, menyemarakkannya dengan salat
menyambut pahala dan rahmat Allah bersamaan dengan terbitnya
hari baru. Dan bila hari siang, mataharipun berangkat
pulang, kini muazzin bangkit menyerukan orang bersembahyang
lohor, lalu salat asar, magrib, isya. Pada setiap kali dalam
sembahyang ini mereka menyebut Muhammad, hamba Allah, Nabi
dan RasulNya itu, dengan penuh permohonan, penuh kerendahan
hati dan syahdu. Dan selama mereka dalam rangkaian
sembahyang lima waktu itu, bergetar jantung mereka menyebut
asma Allah dan menyebut nama Rasulullah. Begitulah mereka,
dan akan begitu mereka, setelah Allah memperlihatkan agama
yang sebenarnya ini dan melimpahkan nikmatNya kepada seluruh
umat manusia.
LINGKUNGAN KEKUASAAN ISLAM YANG PERTAMA
Tidak banyak waktu yang diperlukan Muhammad dalam
menyampaikan ajaran agama, dalam menyebarkan panjinya ke
penjuru dunia. Sebelum wafatnya, Allah telah menyempurnakan
agama ini bagi kaum Muslimin. Dalam pada itu iapun telah
meletakkan landasan penyebaran agama itu: dikirimnya misi
kepada Kisra1, kepada Heraklius dan kepada raja-raja dan
penguasa-penguasa lain supaya mereka sudi menerima Islam.
Tak sampai seratus limapuluh tahun sesudah itu, bendera
Islampun sudah berkibar sampai ke Andalusia di Eropa sebelah
barat, ke India, Turkestan, sampai ke Tiongkok di Asia
Timur, juga telah sampai ke Syam (meliputi Suria, Libanon,
Yordania dan Palestina sekarang), Irak, Persia dan
Afganistan, yang semuanya sudah menerima Islam. Selanjutnya
negeri-negeri Arab dan kerajaan Arab, sampai ke Mesir,
Cyrenaica, Tunisia, Aljazair, Marokko, -sekitar Eropa dan
Afrika- telah dicapai oleh misi Muhammad 'alaihissalam. Dan
sejak waktu itu sampai masa kita sekarang ini panji-panji
Islam tetap berkibar di semua daerah itu, kecuali Spanyol
yang kemudian diserang oleh Kristen dan penduduknya disiksa
dengan bermacam-macam cara kekerasan. Tidak tahan lagi
mereka hidup. Ada di antara mereka yang kembali ke Afrika,
ada pula yang karena takut dan ancaman, berbalik agama
berpindah dari agama asalnya kepada agama kaum tiran yang
menyiksanya.
Hanya saja apa yang telah diderita Islam di Andalusia
sebelah barat Eropa itu ada juga gantinya tatkala kaum
Usmani (Turki) memasukkan dan memperkuat agama Muhammad di
Konstantinopel. Dari sanalah ajaran Islam itu kemudian
menyebar ke Balkan, dan memercik pula sinarnya sampai ke
Rusia dan Polandia sehingga berkibarnya panji-panji Islam
itu berlipat ganda luasnya daripada yang di Spanyol.
Sejak dari semula Islam tersebar hingga masa kita sekarang
ini memang belum ada agama-agama lain yang dapat
mengalahkannya. Dan kalaupun ada di antara umat Islam yang
ditaklukkan, itu hanya karena adanya berbagai macam
kekerasan, kekejaman dan despotisma, yang sebenarnya malah
menambah kekuatan iman mereka kepada Allah, kepada hukum
Islam, dengan memohonkan rahmat dan ampunan daripadaNya.
ISLAM DAN NASRANI
Kekuatan inilah yang telah menyebabkan Islam itu tersebar,
telah dikonfrontasikan langsung dengan pihak Nasrani yang
menghadapinya dengan sikap permusuhan yang sengit sekali.
Muhammad telah berhasil melawan paganisma dan mengikisnya
dari negeri-negeri Arab, seperti juga yang kemudian
dilakukan oleh para penggantinya yang mula-mula, di Persia,
di Afganistan dan tidak sedikit pula di India.
Pengganti-pengganti Muhammad telah dapat juga mengalahkan
kaum Nasrani di Hira, di Yaman, Syam, Mesir dan sampai ke
pusat Nasrani sendiri di Konstantinopel.
Seperti halnya dengan paganisma, adakah juga terhadap agama
Nasrani akan senasib mengalami kelenyapan sebagai salah satu
agama Kitab yang juga dihormati oleh Muhammad dan yang juga
mendapat wahyu melalui Nabinya? Adakah orang-orang Arab itu,
Arab pedalaman yang datang merantau dari pelosok jazirah
padang pasir yang gersang, akan ditakdirkan juga menguasai
taman-taman Andalusia, Bizantium dan daerah-daerah Masehi
lainnya? Lebih baik mati daripada itu. Selama beberapa abad
terus-menerus antara pengikut-pengikut Isa dan
pengikut-pengikut Muhammad telah terjadi peperangan yang
terus-menerus. Dan peperangan itu tidak terbatas pada pedang
dan meriam saja, malah juga diteruskan sampai ke
bidang-bidang perdebatan dan pertentangan teologis yang
dibawa oleh pejuang-pejuang itu, masing-masing atas nama
Muhammad dan atas nama Isa, masing-masing mencari jalan
mempengaruhi umum dan beragitasi membangkitkan fanatisma dan
semangat rakyat jelata
KAUM MUSLIMIN DAN ISA
Akan tetapi Islam melarang kaum Muslimin merendahkan
kedudukan Isa - karena dia hamba Allah yang diberiNya kitab
dan dijadikanNya seorang nabi, dijadikanNya ia orang yang
beroleh berkah di mana pun ia berada, diperintahkanNya ia
melakukan sembahyang, mengeluarkan zakat selama ia masih
hidup, dijadikanNya ia orang yang berbakti kepada ibunya,
dan tidak pula dijadikan orang yang pongah dan celaka.
Bahagia ia tatkala dilahirkan, tatkala ia wafat dan tatkala
ia dibangkitkan hidup kembali.
ORANG-ORANG KRISTEN YANG FANATIK DAN MUHAMMAD
Sedang dari pihak kaum Masehi, banyak di antara mereka itu
yang menyindir-nyindir Muhammad dan menilainya dengan
sifat-sifat yang tidak mungkin dilakukan oleh kaum
terpelajar - untuk melampiaskan rasa kebencian yang ada
dalam hati mereka serta beragitasi membangkitkan emosi
orang. Meskipun ada dikatakan bahwa perang salib itu sudah
berakhir sejak ratusan tahun yang lalu, namun fanatisma
gereja Kristen terhadap Muhammad mencapai puncaknya sampai
pada waktu-waktu belakangan ini. Dan barangkali masih tetap
demikian kalau tidak akan dikatakan malah bertambah,
sekalipun dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, berselubung
misi dengan pelbagai macam cara. Hal ini tidak terbatas
hanya pada gereja saja bahkan sampai juga kepada
penulis-penulis dan ahli-ahli pikir Eropa dan Amerika, yang
dapat dikatakan tidak seberapa hubungannya dengan pihak
gereja.
Bisa jadi orang merasa heran bahwa fanatisma Kristen
terhadap Islam masih begitu keras pada suatu zaman yang
diduga adalah zaman cerah dan zaman ilmu pengetahuan, yang
berarti juga zaman toleransi dan kelapangan dada. Dan orang
akan lebih heran lagi apabila mengingat kaum Muslimin yang
mula-mula, betapa mereka merasa gembira melihat kemenangan
kaum Kristen begitu besar terhadap kaum Majusi (Mazdaisma),
melihat kemenangan pasukan Heraklius merebut panji-panji
Persia dan dapat melumpuhkan tentara Kisra. Masa itu Persia
adalah yang memegang tampuk pimpinan di seluruh jazirah Arab
bagian selatan, sesudah Kisra dapat mengusir Abisinia dari
Yaman. Kemudian Kisra mengerahkan pasukannya - pada tahun
614 - di bawah salah seorang panglimanya yang bernama
Syahravaraz2 untuk menyerbu Rumawi, dan dapat mengalahkannya
ketika berhadap-hadapan di Adhri'at3 dan di Bushra4, tidak
jauh dari Syam ke negeri Arab. Mereka banyak yang terbunuh,
kota-kota mereka dihancurkan, kebun-kebun zaitun dirusak.
Pada waktu itu Arab - terutama penduduk Mekah - mengikuti
berita-berita perang itu dengan penuh perhatian. Kedua
kekuatan yang sedang bertarung itu merupakan peristiwa
terbesar yang pernah dikenal dunia pada masa itu.
Negeri-negeri Arab ketika itu menjadi tetangga-tetangganya.
Sebahagian berada di bawah kekuasaan Persia, dan sebahagian
lagi berbatasan dengan Rumawi. Orang-orang kafir Mekah
bergembira sekali melihat kekalahan kaum Kristen itu; sebab
mereka juga Ahli Kitab seperti kaum Muslimin. Mereka
berusaha mengaitkan tercemarnya kekalahan Kristen itu dengan
agama kaum Muslimin.
Sebaliknya pihak Muslimin merasa sedih sekali karena pihak
Rumawi juga Ahli Kitab seperti mereka. Muhammad dan
sahabat-sahabatnya tidak mengharapkan kemenangan pihak
Majusi dalam melawan Kristen. Perselisihan kaum Muslimin dan
kaum kafir Mekah ini sampai menimbulkan sikap saling
berbantah dari kedua belah pihak. Kaum kafirnya mengejek
kaum Muslimin, sampai ada di antara mereka itu yang
menyatakan kegembiraannya di depan Abu Bakrf dan Abu Bakrpun
sampai marah dengan mengatakan: Jangan lekas-lekas gembira;
pihak Rumawi akan mengadakan pembalasan.
Abu Bakr adalah orang yang terkenal tenang dan lembut hati.
Mendengar jawaban itu pihak kafir membalasnya dengan ejekan
pula: Engkau pembohong. Abu Bakr marah: Engkaulah musuh
Tuhan yang pembohong! Hal ini disertai dengan taruhan
sepuluh ekor unta bahwa pihak Rumawi akan mengalahkan kaum
Majusi dalam waktu setahun. Muhammad mengetahui adanya
peristiwa taruhan ini, lalu dinasehatinya Abu Bakr, supaya
taruhan itu ditambah dan waktunyapun diperpanjang. Abu Bakr
memperbanyak jumlah taruhannya sampai seratus ekor unta
dengan ketentuan, bahwa Persia akan dapat dikalahkan dalam
waktu kurang dari sembilan tahun.
Dalam tahun 625 ternyata Heraklius menang melawan pihak
Persia. Syam direbutnya kembali dan Salib Besar dapat
diambil lagi. Dalam taruhan ini Abu Bakrpun menang. Sebagai
nubuat atas kemenagan ini firman Tuhan turun seperti dalam
awal Surah ar-Rum: "Alif- Lam. Mim. Kerajaan Rumawi telah
dikalahkan. Di negeri terdekat. Dan mereka, sesudah
kekalahan itu, akan mendapat kemenangan. Dalam beberapa
tahun saja. Di tangan Tuhan keputusan itu. Pada masa lampau,
dan masa akan datang. Pada hari itu orang-orang beriman akan
bergembira. Dengan pertolongan Allah; Ia menolong siapa yang
dikehendakiNya. Maha Mulia Ia dalam Kekuasaan dan Maha
Penyayang. Demikian janji Allah. Allah takkan menyalahi
janjiNya. Tetapi kebanyakan orang tidak mengerti." (QS,
30:1-6)
Besar sekali kegembiraan kaum Muslimin atas kemenangan
Heraklius dan kaum Nasrani itu. Hubungan persaudaraan antara
mereka yang menjadi pengikut Muhammad dan mereka yang
percaya kepada Isa, selama hidup Nabi, besar sekali,
meskipun antara keduanya sering terjadi perdebatan. Tetapi
tidak demikian halnya kaum Muslimin dengan pihak Yahudi,
yang pada mulanya bersikap damai, lambat-laun telah menjadi
permusuhan yang berlarut-larut, yang sampai meninggalkan
bekas berdarah dan membawa akibat keluarnya orang-orang
Yahudi dari seluruh jazirah Arab. Kebenaran atas kejadian
ini ialah firman Tuhan: "Pasti akan kaudapati orang-orang
yang paling keras memusuhi mereka yang beriman ialah
orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik; dan pasti akan
kaudapati orang-orang yang paling akrab bersahabat dengan
mereka yang beriman ialah mereka yang berkata: 'Kami ini
orang-orang Nasrani.' Sebab, di antara mereka terdapat kaum
pendeta dan rahib-rahib, dan mereka itu tidak menyombongkan
diri." (QS, 5:82)
(bersambung ke bagian 2)
PEMBELA-PEMBELA ORIENTALIS Yang mula-mula saya terima sebagai sanggahan ialah adanya sebuah karangan yang disampaikan kepada saya oleh seorang penulis bangsa Mesir yang menyebutkan, bahwa itu adalah sebuah terjemahan bahasa Arab dari artikel yang dikirimkannya ke sebuah majalah Orientalis berbahasa Jerman, sebagai kritik atas buku ini. Artikel ini tidak saya siarkan dalam surat-surat kabar berbahasa Arab, karena isinya hanya berupa kecaman-kecaman yang tidak berdasar. Oleh karena itu terserah kepada penulisnya jika mau menyiarkannya sendiri. Saya rasa nama orang itupun tidak perlu disebutkan dalam pengantar ini dengan keyakinan bahwa dia sudah akan mengenal identitasnya sendiri sesudah membaca sanggahannya itu dimuat di sini. Artikel itu ringkasnya ialah bahwa penyelidikan yang saya lakukan tentang peri hidup Muhammad ini bukan suatu penyelidikan ilmiah dalam arti modern, sebab saya hanya berpegang pada sumber berbahasa Arab saja, tidak pada penyelidikan-penyelidikan kaum Orientalis sebangsa Weil, Goldziher, Noldeke dan yang lain; bukan mengambil dari hasil penyelidikan mereka, dan karena saya menganggap Qur'an sebagai dokumentasi sejarah yang sudah tidak diragukan, padahal studi Orientalis-orientalis itu menunjukkan bahwa Qur'an sudah diubah dan diganti-ganti setelah Nabi wafat dan pada permulaan sejarah Islam, dan bahwa nama Nabipun pernah diganti. Semula bernama "Qutham" atau "Quthama." Sesudah itu kemudian diganti menjadi "Muhammad" untuk disesuaikan dengan bunyi ayat, "Dan membawa berita gembira kedatangan seorang rasul sesudahku, namanya Ahmad," sebagai isyarat yang terdapat dalam Injil tentang nabi yang akan datang sesudah Isa. Dalam keterangannya penulis itu menambahkan bahwa penyelidikan kaum Orientalis itu juga menunjukkan, bahwa Nabi menderita penyakit ayan, dan apa yang disebut wahyu yang diturunkan kepadanya itu tidak lain adalah akibat gangguan ayan yang menyerangnya; dan bahwa gejala-gejala penyakit ayan itu terlihat pada Muhammad ketika sedang tidak sadarkan diri, keringatnya mengalir disertai kekejangan, dari mulutnya keluar busa. Bila sudah kembali ia sadar dikatakannya bahwa yang diterimanya itu adalah wahyu, lalu dibacakan kepada mereka yang percaya pada apa yang diduga wahyu dari Tuhan itu. Sebenarnya saya tidak perlu menghiraukan karangan semacam ini atau pada sanggahannya kalau tidak karena penulisnya itu seorang Mesir dan Muslim pula. Andaikata penulisnya itu seorang Orientalis atau misi penginjil, akan saya biarkan saja ia bicara menurut kehendak nafsunya sendiri. Apa yang sudah saya sebutkan pada kata pengantar dan dalam teks buku ini sudah cukup sebagai argumen yang akan menggugurkan pendapat mereka itu. Bagaimanapun juga penulis surat ini adalah sebuah contoh dari sebagian pemuda-pemuda dan orang-orang Islam yang begitu saja menyambut baik segala apa yang dikatakan pihak Orientalis dan menganggapnya sebagai hasil yang benar-benar ilmiah, dan berdasarkan kebenaran sepenuhnya. Kepada mereka itulah tulisan ini saya alamatkan sekadar mengingatkan tentang adanya kesalahan yang telah dilakukan oleh kaum Orientalis. Ada pula kaum Orientalis yang memang jujur dalam penyelidikan mereka, meskipun tentunya tidak lepas dari kesalahan juga. SEBAB-SEBAB KESALAHAN ORIENTALIS Kesalahan-kesalahan demikian itu terselip dalam penyelidikannya kadang disebabkan oleh kurang telitinya memahami liku-liku bahasa Arab, kadang juga karena adanya maksud yang tersembunyi dalam jiwa sebagian sarjana-sarjana itu, yang tujuannya hendak menghancurkan sendi-sendi salah satu agama, atau semua agama. Ini adalah sikap berlebih-lebihan yang selayaknya dihindarkan saja oleh kalangan cendekiawan. Kita melihat ada juga orang-orang Kristen yang begitu terdorong oleh sikap berlebih-lebihan ini sampai mereka mengingkari bahwa Isa pernah ada dalam sejarah. Yang lain kita lihat bahkan sudah melampaui batas-batas yang berlebih-lebihan itu dengan menulis tentang Isa yang sudah gila misalnya. Timbulnya pertentangan antara gereja dengan negara di Eropa itu telah pula menyebabkan kalangan sarjana di satu pihak dan kaum agama di pihak lain hendak saling mencari kemenangan dalam merebut kekuasaan. Sebaliknya Islam, sama sekali bersih dari adanya pertentangan serupa itu. Hendaknya mereka yang mengadakan penyelidikan di kalangan Islam dapat menghindarkan diri dari kekuasaan nafsu demikian ini, yang sebenarnya telah menimpa orang-orang Barat, dan sering menodai penyelidikan sarjana-sarjana itu. Juga hendaknya mereka berhati-hati bila mempelajari hasil yang datang dari Barat, yang berhubungan dengan masalah-masalah agama. Segala sesuatu yang telah dilukiskan oleh para sarjana sebagai suatu kebenaran, hendaklah diteliti lebih seksama. Banyak di antaranya yang sudah terpengaruh begitu jauh, sehingga telah menimbulkan permusuhan antara orang-orang agama dengan kalangan ilmu pengetahuan secara terus-menerus selama berabad-abad. BUKU BIOGRAFI PENULIS-PENULIS ISLAM SEBAGAI PEGANGAN Apa yang disebutkan dalam karangan si Muslim berbangsa Mesir yang saya ringkaskan itu sudah suatu bukti perlunya ada sikap berhati-hati. Pertama-tama ia menyalahkan saya karena saya masih berpegang pada sumber-sumber Arab sebagai dasar penyelidikan saya; dan ini memang tidak saya bantah. Sungguhpun begitu buku-buku kalangan Orientalis seperti yang saya sebutkan dalam bibliografi, juga saya pakai. Akan tetapi, sumber-sumber bahasa Arab selalu saya pergunakan sebagai dasar pertama dalam pembahasan ini. Dan sumber-sumber bahasa Arab ini jugalah yang dipakai sebagai dasar pertama dalam penyelidikan-penyelidikan kaum Orientalis itu semua. Ini wajar sekali. Sumber-sumber tersebut - terutama sekali Qur'an - adalah yang pertama sekali bicara tentang sejarah hidup Nabi. Sudah tentu itu jugalah yang menjadi pegangan dan dasar bagi setiap orang yang ingin menulis biografi dengan gaya dan metoda sekarang. Baik Noldeke, Goldziher, Weil, Sprenger, Muir atau Orientalis lain semua berpegang pada sumber-sumber itu juga dalam penyelidikan mereka, seperti yang saya lakukan ini. Dalam membuat pengamatan dan kritik, mereka menempuh cara yang bebas, demikian juga saya. Dalam hal ini juga saya tidak mengabaikan beberapa sumber buku Kristen yang lama-lama yang menjadi pegangan mereka, sekalipun mereka masih terdorong oleh fanatisma agama Kristen, dan samasekali bukan oleh kritik ilmiah. Kalau ada orang yang menyalahkan saya karena saya tidak terikat oleh kesimpulan-kesimpulan yang dicapai oleh beberapa kaum Orientalis itu, atau karena saya sampai hati tidak sependapat dengan mereka dan malah melakukan kritik terhadap mereka, maka dalam bidang ilmiah yang demikian itu adalah suatu pendirian yang beku sekali, yang tidak kurang pula beku dan kolotnya dari pendirian yang bagaimanapun dalam bidang intelektual ataupun rohani. Saya rasa tidak seorangpun dari kalangan Orientalis itu sendiri yang akan menyetujui sikap beku demikian itu dalam bidang ilmiah. Andaikata ada di antara mereka yang dapat membenarkan sikap demikian, tentu ia akan membenarkan juga sikap beku itu dalam bidang agama. Tidak saya inginkan dua hal ini terjadi, baik terhadap diri saya atau terhadap siapapun yang mau bekerja dalam penyelidikan sejarah atas dasar ilmiah yang sebenarnya. Apa yang saya lakukan dan saya ajak orang lain akan dapat melakukannya ialah mengamati hasil-hasil studi yang dilakukan orang lain itu. Apabila ia sudah merasa puas oleh pembuktian yang meyakinkan, maka tentu itulah yang kita harapkan. Kalau tidak, lakukan sendirilah supaya ia dapat mencapai kebenaran itu dengan keyakinan bahwa ia sudah berhasil. Ke arah inilah saya ajak pemuda-pemuda kita dan orang-orang yang mengagumi hasil-hasil penyelidikan kaum Orientalis itu, dan memang ini pula yang saya lakukan. Saya akan merasa sudah mendapat imbalan sebagai orang yang berhasil, sekiranya pekerjaan ini memang sudah tepat; sebaliknya saya akan dapat dimaafkan kiranya sebagai orang yang mencari kebenaran dengan tujuan yang jujur dalam menempuh jalan itu, jika ternyata saya salah. ORIENTALIS DAN KETENTUAN-KETENTUAN AGAMA Sebagai bukti atas agitasi beberapa kaum Orientalis yang ingin menghancurkan ketentuan-ketentuan agama dengan cara-cara mereka yang berlebih-lebihan itu, ialah pendirian si Muslim bangsa Mesir yang telah menulis karangan tersebut, bahwa hasil-hasil studi kaum Orientalis itu menunjukkan, bahwa Qur'an bukan suatu dokumen sejarah yang tidak boleh diragukan, dan bahwa Qur'an sudah diubah-ubah setelah Nabi wafat dan pada masa permulaan sejarah Islam, yang dalam pada itu lalu ditambah-tambah dengan ayat-ayat untuk maksud-maksud agama atau politik. Saya bukan mau berdiskusi atau mau berdebat dengan penulis karangan itu dari segi Islamnya dia sebagai Muslim - atas apa yang sudah ditentukan oleh Islam, bahwa Qur'an itu Kitabullah, yang takkan dikaburkan oleh kepalsuan, baik pada mula diturunkan atau kemudian sesudah itu. Dia sependirian dengan golongan Orientalis, bahwa Qur'an dikarang oleh Muhammad, padahal dia percaya juga, bahwa Kitab itu adalah wahyu Allah kepada Muhammad seperti pendapat beberapa kaum Orientalis, dan karena ingin menguatkan isi karangannya atas apa yang disebutnya itu, dikatakannya bahwa Qur'an menurut pendapat yang sebagian lagi adalah memang wahyu Allah. Jadi baiklah saya berdialog dengan dia menurut bahasanya atas dasar dia sebagai orang yang berpikir bebas, yang tidak mau terikat oleh apapun kecuali atas dasar yang telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan dengan cara yang benar-benar meyakinkan. (bersambung ke bagian 3)
No comments:
Post a Comment